Sabtu, 08 Mei 2010

MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH


I. PENDAHULUAN
Kekuasaan Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah di Damskus. Nama ini diambil dari nama pendiri Abdullah Al-Shaffah Ibnu Muhammad dan Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Kekeuasaan dinasti ini berlangsung dari tahun 132 H-656H / 750 M- 1258 M.
Daulat ini resmi berdiri setelah terbunuhnya Marwan Ibnu Muahmmad (khalifah Bani Umayyah) di Fushat (Mesir) pada bulan Dzulhijjah 123 H. Akibat dari peperangan antara kekuatasn Abu Abbas melawan pasukan Marwan II pasukan Syiria pimpinan Marwan berhasil ditaklukan. Jatuhnya Syiria, khususnya jatuhnya Damaskus berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah.
Karakteristik kepemimpinan Abbasiyah berbeda dengan dinasti sebelumnya, yaitu keterbukaan terhadap budaya asing dan persamaan seluruh warga negara serta sikap para khalifat yang begitu menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, sehingga pada awal periodenya dinasti ini telah mengalami masa kejayaan. Dialam makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut masa keemasan dinasti Abbasiyah, faktor-faktor yang mendukungnya, serta munculnya tokoh-tokoh Intelektual muslim pada masa itu.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimanakah masa keemasan dinasti Abbasiyah?
B. Apakah faktor-faktor yang mendukung masa keemasan bani Abbasiyah?
C. Bagaimana lahirnya tokoh-tokoh Intelektual muslim masa dinasti Abbasiyah pada masa keemasan?


III. PEMBAHASAN
A. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah?
Selama dinasti Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan dinasti Abbasiyah menjadi 5 periode, yaitu:
1. Periode pertama (132 H-232 H / 750 M – 847 M) di sebut periode Persia pertama
2. Periode kedua (232 H – 331 H / 847M – 945 M) disebut masa pengaruh Turki Pertama
3. Periode ketiga (334 H- 447 H / 947 M – 1055 M) disebut masa kekuasaan dinasti Buwaihi dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disebut masa pengaruh Persia Kedua
4. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M) disebut masa kekuasaan dinasti Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disbut masa pengaruh Turki kedua
5. Periode kelima (590 H – 656 H / 1194 M – 1258 M) disebut masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain akan tetapi kekuasaaanya hanya efektif di sekitar Bagdad
Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan (The Golden Age) pada periode pertama. Pada masa ini kemakmuran masyarakat mencapai puncaknya, filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat. Divisi negara penuh dan berlimpah, perdagangan mengalami kemajuan berat, kota Bagdad dijadikan sebagai kota perdagangan terbesar dunia.
Kemajuan dinasti Abbasiyah juga dilatar belakangi oleh sikap para khalifah yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, adanya persamaan terhadap seluruh warga negara (tidak memandang suku, bangsa, ras) serta keterbukaan terhadap budaya asing yang masuk sehingga pada awal periode dinasti ini telah mengalami kemajuan sehingga mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun Ar-Rosyid.
Meskipun dinasti Abbasuyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah yang telah hancul di Damaskus, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara kekuasaan mereka. Dintaranya perbedaan itu salah jika dinasti Umayyah para bangsawannya cenderung hidup mewah dan bergelimang harta, mereka gemar memelihara budak berlian serta istri periharaan (harem). Kehidupan lebih cenderung ada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Dinasti Umayyah sengat bersifat Arab Oriented. Artinya dalam segala hal masih mempertahankan dan mengagungkan ke-Arab-an murni. Sedangkan dinasti Abbasiyah disamping para khlaifah yang sangat mengagungkan ilmu juga tidak bersifak Arab Oriented, mereka masih terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Khalifah-khlifah yang memerintah selama masa keemasan, antara lain:
1. Abdullah Al-Shaffah (133 – 137 H / 750-754 M)
Dalam khutbah pelantikan yang sampaikan di Masjid Kuffah dia menyebutkan dirinya dengan As-Shaffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Dia adalah seorang khalifah yang gagah berani menindah tegas orang yang menentang kekuasaannya. Sehingga otoritasnya sebagai khaligfah diakui sepanjang wilayah Asia, Mesir dan Afrika Utara. Selain itu dia dipandang sebagai khalifah yang disiplin dan soleh yang bertanggung jawab terhadap terhadap tugas-tugasnya.
2. Abu Ja’far Almanshur (137-159 H / 754-775 M)
Sebagai khaligah yang mempunyai kemampuan dan kecakapan yang luar biasa mencurahkan segala waktu, tenaga dan pikirannya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. Selain itu dia merupakan seorang yang cerdas, disiplin, sederhana dan taat beribadah. Oleh karena tidaklah mengherankan jika selama kurang lebih 20 tahun dia berharap meletakkan landasan yang kuat dan kokoh bagi kehidupan dan kelanjutan kekuasaan dinasti Abbasiyah.
3. Al-Mahdi (159-169 H / 775-785 M)
Pemimpin yang toleran, membebaskan seluruh tahanan, melakukan program-program pembangunan yang besar. Ia memperluas dan menghiasi masjid kota-kota suci Islam, dan ia membangun Ibu kota kerajaan menjadi sangat megah.
Pada masa pemerintahannya terjadi peningkatan bidang perekonomian, pertaniah dan pertambangan Basrah menjadi pelabuhan yang penting dunia.
4. Al-Hadi (169-170 H / 785 – 786 M)
Dia memerintah hanya berlangsung 13 bula saja. Al—Hadi tiba-tiba tewas dalam suatu peristiwa yang misterius sebagian sejarawan mencatatnya sebagai sebuah kudeta yang cepat dan efektif. Pada masa pemerintahannya perngaruh Persia berkembang pesat. Perayaan hari besar lainya diselenggarakan dengan ragam busana Persia.
5. Harun Ar-Rasyid (170-194 H / 786-809 M)
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya. Negara makmur, kesejahteraan kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan. Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi.
Pada masanya terdapat cerita seribu satu malam yang telah membuat nama Harun begitu termasyhur disepanjang zaman. Pada pemerintahannya hidup para filosof, pujangga ahli baca al-Qur’an dan pra ulama’ bidang agama.
6. Al-Ma’mun (198-218 H . 813 – 833 M)
Zaman pemerintahannya merupakan zaman yang paling gemilang dalam sejarah intelektual Islam, pada masaanya banyak sekali ahli ilmu, kasusasteraan, sajak, kedokteran dan filsafat. Dia juga menyempurnakan usaha penerjemahan, mendirikan tempat peneropongan bintang di dataran Tadmore untuk meneliti bintang dan geometri, dia juga mendirikan lembaga ilmuah baitul hikmah sebagai tempat membaca, menulis dan diskusi. Dan dari baitul Hikmah inilah Bagdad mulai menjadi pusat ilmu pengetahuan.
7. Al-Mu’tashim (218-228 H / 833-842 M)
Al-Mu’tashimmemberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tentara tersebut dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.

8. Al-Watia (288-233 H / 842 – 847 M)
Al-Watia seorang yang dermawan dan mendukung kesenian dan kesusasteraan. Pada masanya pemerintahan sehat dan kuat.
B. Faktor-Faktor Yang Mendukung Masa Keemasan Bani Abbasiyah
Ada 2 faktor yang menyebab kan tumbuh dan berkembangknya peradaban Islam dinasti Abbasiyah, yaitu factor yang secara implicit mendukung tercapainya masa keemasan yang berasal dari pribadi Islam sendiri yaitu berupa semangat Islam.
1. Faktor Internal (dari Islam sendiri),
Yaitu semangat ini yang memberikan motivasi bagi pemeluknya, semangat ini telah ditanamkan Rosulullah SAW dan para sahabatnya dari zaman awal perkmbangan Islam sampai masa kejayaan samanat ini bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang menjadi dasar dalam membentuk peradaban Islam.
2. Faktor Eksternal
Yaitu factor yang secara eksplisit mendukung terjadinya masa keemasan paradaban Islam antara lain:
a. Perkembangan Oraganisasi Negara
Dalam perkembangan ini disesuaikan dengan kebutuhan umat yang semakin hari semakin besar dan semakin banyaknya umat Islam dari berbagai Negara. Maka dibuatlah sebuah rancanangan organisasi dari tingkatan yang randah sampai kepada jabatan dan fungsi-fungsi special, seperti departeman politik, ekonomi, keuangan, keamanan, jabatan perdana mentri, sekretaris Negara, hakim, polisi, mariner, pejabat pos, pejabat cabinet presiden, pejabat kebiner parlemen dan sebagainya.
b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Gerakan ilmu pengetahuan mula-mula melalui bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu, kemudian ke gerakan filsafat yang akhirnya lahir ilmu-ilmu lain seperti logika, kimia, filsafat, kedokteran dan sebagainya. Para ilmuan dan ulama’ bebas mempelajari dan meluaskan ilmu pengetahuan. Mereka dieri berbagai fasilitas oleh khalifah, bahkan deberi kebebasan keluar masuk Istana untuk menggali dan berdiskusi mengenai berbagai ilmu pengetahuan.
Dibangunnya lembaga Baitul Hikmah yang menjadi pusat studi ilmu pengetahuan yagn memunculkan berbagai cabang ilmu dan ahlinya.
c. Perluasan Daerah Islam
Pada masa dinasti Abbasiyah wilayah kekuasaan Islam amat luas meliputi wilayah yang telah dikuasai oleh dinasti Umayyah antara lain, Hijaz, Yman Utara, Palestina, Libanon, Mesir, dan sebagainya. Wilayah kekuasaaan uslam dari Hindia sampai ke Spanyol di Eropa.
d. Perubahan Sistem Politik.
Tidak bersifat aran oriented (fanatic pada keturunan arab), tetapi disamping bercorak arab murni juga telah dipengaruhi dengan corak pemikiran peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir, dan sebagainya. Jadi masa dinasti Abbasiyah ukhuwah Islam bersifat pluralitik, tidak memandang suku bangsa, bahasa, dan ras. Sehingga kursi jabatan tidak hanya dipegang keturunan Arab asli.
C. Lahirnya Tokoh-Tokoh Intelektual Muslim
Lahirnya berbagai cabang ilmu dan ahlinya dilator belakangi oleh sikap para khalifah Abbasiyah yang sangat cinta pada ilmu, sehingga pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang pesat. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan juga didukung dengan proses asimilasi pengetahuan dasar bangsa lain yang telah memunculkan intelektual-intelektual muslim yang ahli dalam berbagai bidang, antara lain:
1. Bidang Ilmu Agama (Ilmu Naqli)
a. Bidang Ilmu Tafsir
 Ibnu Jarir At-Thobari, dengan tafsirnya sebanyak 30 jilid
 Ibnu Athiyah Al-Andalusi (Abu Muhammad Ibnu Athiyah)
 Abu Muslim Muhammad bin Nashr Al-Isfahany wafat 322 H dengan kitab tafsirnya 14 jilid
 As-Suda yang mendasarkan Penafsirannya pada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan para sahabat lainya.
b. Bidang Ilmu Hadis
 Imam Buchori (wafat 256 H) yang menulis hadits dengan menjaring antara hadits shohih dan tidak shohih, dan kitabnya al-Jami’ As-Shohih.
 Imam Muslim (wafat 261 H) dengan kitabnya Shohih Muslim
 Imam AL-Hakim MUhamad Ibnu Hibban (wafat 354 H) dengan kitabnya Mustadrok Al-Taqsim wa Al-Anwa
 Imam Malik (wafat 179 H) yang terkenal dengan kitab hadisnya Al-Muwatta
 Imam Syafi’I dengan kitab Musnadnya
c. Bidang Ilmu Kalam
Yang paling berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum Mu’tazilah karena mereka adalah pembela gigih terhadap Islam dari serangan Yahudi, Nasrani dan Watsani. Jadi sebagian besar tokoh ilmu kalam adalah dari kaum Mu’tazilah, diantaranya:
 Washil Ibnu Atho’
 Abu Huzail Al-Allat
 Abu Hasan al-As’ari
d. Bidang Ilmu Tasawuf
Tokoh-tokoh dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah seorang yang zahid yang tekun beribadah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, serta meninggalkan kesenangan dunua. Zahid yang ternama masa dinasti ini antara lain:
 Al-Tsauri (wafat 135 H) bertempat di Kuffah
 Robia’al al-Adawiyag (wafat 185 H) di Basrah
 Ibrahim bin Adam (wafat 162 H), mantan penguasa dari Persia
 Syaqiq Al-Balkhi (wafat 194 H) Murid Ibbrahim bin Adam
 Ja’far Shodoq (wafat 148 H) dari Madinah
e. Bidang Ilmu Bahasa
 Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah Nahwu, Shorof, Bayan, Badi’ Arudl, ahli ilmu bahasa diantaranya:
 Sibawaih (wafat 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1000 halaman.
 Al-Kasa’I (wafat 190 H) yang mengarang kitab tata bahasa
 Abu Zakaria Al-Harro (wafat 208 H) kitab Nahwunya setebal 6000 halaman.
 Muaz Al-Harro (wafat 187 H) yang mula-mula membuat tashrif
f. Bidang Ilmu Fiqh
Daulat Abbasiyah merupkan masa keemasan tamadun Islam yang telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha’) yang tersohor dalam sejarah Islam dengan kitab-kitab fiqihnya, mereka adalah imam mazhab 4 yaitu: Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Ibnu Hambal.
2. Bidang Ilmu Akal (ilmu Aqli)
a. Ilmu Kedokteran
 Ar-Rozi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dan Measles. Dia juga orang pertama yang menyusun kedoteran anak.
 Ibnu Shina, dengan bukunya Al-Qinun Al-Thib yang dikenal de barat dengan “The Canon Of Mediore”
 Al Ibnu Rabban, dokter pertama yang terkenal dengan bukunya Firdaus Al-Hikmah
b. Ilmu Filsafat
 Al-Hindi, buku karangannya sebanyak 236 judul. Selain itu Ia juga menulis ulasan-ulasan atas buku Aristotels yang berbeda, diantarany, pengantar atau menulis logika menurut pikirannya endiri.
 Al-Farabi, guru dari Ibnu Shina dan Ibnu Rusyd. Ia memiliki karya sebanyak 12 buah, diantaranya banyak tentang filsafat, logoka, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.
 Al-Ghozali, sebesar tokoh pemikir Islam dan sekaligus tokoh pemikir kemanusiaan. Teorinya yang terkenal tentang kelemahan akal dalam bukunya Tahafut Al-Falasifah.
 Ibnu Rusyd, ahli filosof Aristoteles. Dia mengarang kitab Tahafufh Al-Tahafuth sebagai bentuk bantahan terhadap karya Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah.
c. Ilmu Astronomi
 Al-Battani, yang berhasil membuat daftar tabel Sinus, tangen, dan Kotangen dari 0-90 derajat secara cermat.
 Al-Biruni, cendekiawan dan sainitis Islam terkemuka masa kejayaan Islam. Sarjana yang paling besar sepanjang masa.
 Al-fazhari, orang pertama yang mengerjakan astrolog
 Al-farghani, karya yang utama yaitu al-mudkhila Ilmu Hayai Al-Aflal.
d. Ilmu Hitung
 Al-khawarizmi, kitabnya berjudul kitabul jama’ wa al Tafria yang menerangkan seluk beluk angka-angka termasuk angka nol.
 Umar Al-Khayyan, seorang ahli matematika sekaligus astronom dan penyair ternam.
e. Ilmu Geografi Dan Sejarah
 Baladlari, sejarawan terkenal dengan kitabnya Futuh al-Buldan yang ditulis dengan gaya yang mengagumkan dan menjadi tanda bagi kemajuan yang cemerlang akan semangat sejarah.
 Al-mashudi, sejarawan dan ahli georafi, kitabnya Muruj al-Dahab wa Madan al-Jawahar adalah catatan tentang pengalaman pengembaraannya dan mengamatannya.
f. Ilmu Kimia
 Jabir bin Hayyan, ahli kimia dari kuffah yang merupakan bapak modern . dia mendirikan sebuah leboraturium di Kuffah dan ebrhasil menemukan beberapa bahan kimia dan menulis sejumlah buku tentang kimia.
IV. KESIMPULAN
Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari dinasti Umayyah di Dmaskus. Dinasti ini mengalami masa keemasan (The Golden Age) pada periode Persia pertama (132 -232 H). puncak kejayaannya terjadi pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid (170-194 H).
Keemasan dinasti Abbasiyah didukung oleh berbagai factor, yaitu Internal (semangat islam) yang telah ditanamkan sejak masa Rosuullah dan para sahabatnya yang ajarannya bersumber dari al-Qur’an dan Haidts. Factor kedua adalah Eksternal yang meliputi perkembangan organisasi Negara yang telah dibentuk secara teratur sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dengan, dengan dukungan dari para khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, perluasan daerah Islam yang membentang dari Hindia sampai Eropa, dan perubahan system politik yang tidak bersifat Arab Oriented, sehingga sangat berbeda dengan dinasti Umayyah dulu.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan proses asimilasi dengan Negara lain, maka akan memunculkan berbagai jcabang ilmu dari tokoh-tokoh intelektual muslim yang ahli dalam ilmu-ilmu tersebut.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang saya susun, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat di harapkan guna perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Yatim, badri. Dr. MA.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo. 2003
Mufrodi, Al. Dr. Islam dari Kawasan Kebudayaan Arab. Surabaya : Logos Wacana Ilmu. 1996
Sunanto, Musrifah. Prof. Dr, Sejarah Islam Klasik. Semarang : Karya Toha Putra, 2004
Murodi. Drs, Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : karya toha Putra, 1997
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di kawasan Dunia Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004
Ali, K, Sejarah Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2000
Chair, Abd. Dr. MA. Dkk, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam. Jakarta : Ikhtiah Baru Van Hoole
Sholikin, M. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : Rasail. 2003
Ali, K, Studi Sejarah Islam. Bandung : Bina Cipta. 1995
Ma’ruf, Misbah. Drs. Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : Wicaksana. 1996
Gunadi, RA. M. Shoelhi, Dari Penakluk Jerussalem Hingga Angka Nol. Jakarta : Republika. 2002

2 komentar:

  1. makalah yang bagus...
    neng... kesimpulannya kok ga meliputi apa yang dibahas...?

    BalasHapus